- Back to Home »
- Cerpen »
- Pengorbanan Penuh Makna
Posted by : Unknown
Pagi hari berganti dengan dinginnya
malam. Sang surya yang panas, tergantikan dengan lembutnya sinar rembulan. Hari
demi hari telah terganti. Setiap bulan telah dilewati. Setiap tahun telah
dipijaki. Tetapi, mengapa Satrio masih belum menemukan tambatan hati?. Apakah
ini sebuah takdir dari Tuhan?. Apa benar Tuhan itu adil?. Memang Satrio tidak
pantas untuk berkata seperti, tapi kapan cinta itu
datang. Sampai kapan Satrio harus menunggu?. Sudah !! Cukup hentikan semua khayalan ini !! Tolol !!
datang. Sampai kapan Satrio harus menunggu?. Sudah !! Cukup hentikan semua khayalan ini !! Tolol !!
Satrio hanyalah seorang lelaki biasa,
simple, kaya, tetapi penuh makna. Makna tentang cinta. Meskipun dia telah
berpacaran beberapa kali, tetapi tetap saja. Hanya rasa sakit yang ia terima.
Wajar saja, Satrio adalah keturunan orang kaya. Tak sedikit perempuan yang
ingin mendampingi hidup Satrio hanya karena harta. Bukan cinta. Memang,semua
bisa dibeli dengan uang. Tetapi, semua itu akan percuma jika tidak merasakan
indahnya cinta dan kebahagiaan. Hidup tanpa cinta, sama saja seperti hidup di
ruang hampa udara. Gelap. Kosong. Itu yang Satrio rasakan.
Sama halnya dengan murid lain. Pagi ini
Satrio harus berangkat pagi untuk menuntut ilmu. Dengan langkah tergesa-gesa,
Satrio langsung saja menaiki mobilnya tanpa berpamitan kepada kedua orang
tuanya. Orang tua yang selalu sibuk dengan pekerjaan. Pekerjaan yang hanya bisa
menghasilkan uang, bukan kebahagiaan.
Saat disekolah, bisa dibilang Satrio
adalah salah satu murid terpandai di kelas. Tak jarang dia dipuji oleh guru dan
teman-temannya. Tetapi saat istirahat tiba, Satrio hanya sendirian. Hanya
kesepian yang ia rasakan. Satrio memang belum pernah merasakan kebahagiaan.
Datang seorang perempuan berparas ayu untuk menghampiri Satrio. Dinda namanya.
“kamu gak kekantin ta Sat?”
“gak usah, makasih. Aku lagi males
traktir orang.” Dengan nada sedikit menyindir
“lho? siapa juga yang mau kamu traktir.
Aku Cuma pengen lihat kamu bahagia aja Satrio. Aku gak seneng kalo lihat
sahabat ku Cuma sendirian, gak bahagia gitu”
“aku udah bahagia kok. Kamu tau apa
tentang aku? Udah kamu ke kantin sana!”
“hmm... okey kalau itu mau kamu. Yang
aku tau, bahagia itu gak kayak kamu. Bahagia itu disaat kamu tertawa lepas
dengan sahabat-sahabat disamping kamu, bukan malah menyindiri”
Kalimat yang datang dari mulut Dinda
sangat penuh makna. Apakah itu kebahagiaan?. Satrio hanya bisa
terdiam. Memandangi setiap sudut kelas yang berserakan. Berbaharap agar Dinda
segera meninggalkan dia. Sendirian.
Seperti biasa. Saat pulang sekolah
adalah saat yang ditunggu. Satrio dan Dinda hari ini pulang bersama. Ini adalah
kali pertama Satrio menggunakan Angkutan Umum. Hal ini terpaksa ia lakukan
karena hari ini ia pulang pagi, jadi supir yang biasanya datang lupa menjemput
Satrio. Ditambah lagi Satrio lupa membawa Blackberry kesayangannya. Dengan perlahan
dia memasuki Angkot, diikuti Dinda dibelakangnya. Banyak hal yang terjadi
selama perjalanan. Kali ini Satrio merasakan hidup yang jauh berbeda.Merasakan
kebahagiaan ditengah masyarakat yang sedang bercengkrama. Ditambah lagi dengan
kedatangan Indri. Perempuan yang selama ini ia cintai. Tatapan mata mereka
saling bertemu, mereka saling bercengkrama. Menambah kebahagiaan. Tetapi...
kali ini Dinda kesepian. Ia perlahan menjauh dari mereka berdua. Dinda lebih
memilih sendiri. Ada apa dengan Dinda?. Inilah yang selalu
Dinda lakukan saat Satrio bersama dengan perempuan lain.
Hari ini terasa begitu cepat bagi
Satrio. Hari yang berbeda. Hari dimana ia pertama kali menggunakan Angkutan
Umum dan sekaligus bisa lebih dekat perempuan idamannya. Indri. Sang surya
telah menghilang. Digantikan dengan sinar rembulan. Malam ini begitu sepi.
Orangtua Satrio juga belum pulang dari pekerjaannya yang sangat menyita waktu
keluarga. Hanya kopi panas yang bisa menemani malam-malam Satrio. Dengan
taburan bintang di angkasa raya yang luas nan megah. Itu yang dibayangkan
Satrio malam ini. Dari ribuan bahkan jutaan bintang yang bertabur di angkasa,
pasti hanya satu yang paling baik dan cocok untuknya. Sebuah bintang yang mampu
menerangi hari-harinya tanpa henti. Perlahan BB Satrio bergetar. Ternyata malam
ini Indri menelfon Satrio. Secara cepat Satrio mengangkat panggilan itu. Menit
demi menit telah dilewati. Kebahagiaan mulai terpancar dari diri Satrio.
Kebahagiaan yang belum pernah ia rasakan. Secara tidak sadar puluhan sms dari
Dinda telah terkirim ke Satrio, tapi tidak ada balasan satupun dari Satrio yang
sedang berbahagia dengan Indri.
******
Kriing!! Kriing!! Kriing!!
Alarm berbunyi. Sang surya mulai
menunjukkan indahnya pagi hari. Burung-burung bernyanyi menyambut pagi. Pagi
yang indah. Pagi yang cerah. Pagi ini Satrio siap-siap untuk menjalani harinya,
tapi hari ini berbeda, karena hari ini dia akan terus bersama Indri dan akan
memberikannya kejutan saat disekolah nanti. Sebuah benda dari rumah sudah siap
ia bawa sebagai hadiah untuk Indri. Mulai pagi ini Satrio tidak mau menggunakan
supir biasanya, tetapi menggunakan Angkutan Umum. Hal ini ia lakukan demi Indri
yang rela setiap hari naik Angkot. Meskipun orangtuanya melarang, Satrio tetap
saja keras kepala dan rela melakukan apa saja agar dia tetap naik Angkot.
Bel istirahat telah berbuyi. Satrio
langsung saja bergegas meninggalkan kelasnya dan menunggu seseorang dengan
membawa sebuah bingkisan. Dinda yang saat itu melihatnya, merasa aneh dengan
sikap Satrio. Tidak seperti biasanya dia begini. Dinda perlahan mengikuti
langkah Satrio dari belakang, berharap Satrio tidak mengetahui keberadaannya.
Kemudian datang seorang perempuan berparas ayu yang ditunggu Satrio. Ternyata
dia adalah perempuan idaman Satrio. Indri. Perlahan tapi pasti, Dinda merasakan
sakit yang menyayat hati. Entah apa yang sesungguhnya Dinda rasakan. Sakit itu
bertambah parah saat Satrio mengeluarkan sebuah coklat dan bunga. Perlahan
Satrio mengucapkan kata-kata yang sebenarnya ia rasakan selama ini.
“Indri... Sebenernya selama ini aku
sayang banget sama kamu. Kamu perhatian sama aku. Aku cinta sama kamu Indri. Maukah
kamu jadi pacarku?.”
“Iya... Aku mau Satrio. I love you”
“I Love You too Indri”
Inilah saat-saat paling membahagiakan
bagi Satrio. Dia telah berpacaran dengan perempan yang selama ini ia
idam-idamkan. Tetapi...Bagaimana dengan Dinda?. Dinda hanya bisa
menangis, mengeluarkan air mata yang selama ini ia pendam. Ia berusaha
mengeluarkan kata-kata yang selama ini ia pendam, tapi... ternyata orang yang
selama ini ia sayangi telah berbahagia dengan orang lain. Apakah dengan
begini Dinda bisa bahagia?. Memang.. Dinda adalah perempuan yang tegar
dan kuat, dia rela mengorbankan orang yang ia sayangi berbahagia dengan orang
lain, meskipun hati Dinda kali ini remuk. Hancur. Karena cinta....
Setelah kejadian itu, Dinda tersadar
bahwa sesungguhnya Satrio itu bukan untuknya, tapi untuk orang lain yang pantas
dengannya. Dia rela berkorban apa saja, yang penting sahabatnya satu itu bisa
bahagia dan bisa merasakan indahnya kebahagiaan. Dinda mulai dilupakan. Kini
hanya ada Indri dihati Satrio. Secara sadar, Dinda menghampiri Satrio.
“kamu kenapa Satrio?!!. Kamu berubah !!
bukan Satrio yang dulu !!”
“lho? aku salah apa ke kamu?”
“buat apa selama ini perhatian mu ke
aku, asal kamu tau aja ya... aku itu...”
“kamu apa? Mau bilang apa?”
“aku SUKA sama kamu Satrio!!!”
“udah cukup!! Aku udah punya pacar
sekarang”
“okey... aku akan pergi menjauh dari
kamu. Kamu nanti pasti akan nyesel gak milih aku”
“nyesel kenapa coba’ ?”
Dengan penuh rasa marah, Dinda segara
meninggalkan Satrio. Meninggalkan kehidupannya meskipun ini terasa berat bagi
Dinda. Tapi... inilah yang harus ia lakukan. Membiarkan orang yang ia sayangi
berbahagia dengan orang lain.
******
Hari demi hari telah terlewati. Sudah
lebih dari satu bulan Satrio berpacaran dengan Indri. Selama itu juga Dinda
merasakan sakit yang menyayat hati. Hingga akhirnya hal yang tak terduga telah
terjadi.... saat sedang jalan-jalan, Dinda melihat Indri sedang bermesraan
dengan seorang lelaki yang lebih besar daripada Satrio. Secara cepat dia
mengeluarkan hp disakunya, kemudian ia foto kejadian disaat Indri sedang
bermesraan dengan lelaki lain.
Keesokan harinya disekolah. Dinda segera
menunjukkan foto-foto tentang Indri saat bermesraan dengan lelaki lain.
Braak !!!
Secara keras Satrio melemparkan hp yang
diberikan kepadanya. Satrio masih belum percaya kalau itu Indri. Indri tidak
akan melakukan hal segila itu dengan lelaki lain. Indri yang ia tahu adalah
Indri yang setia, romantis, dan sangat menyayanginya. Bukan malah selingkuh
dibelakang Satrio. Kemudian Satrio langsung saja meninggalkan Dinda.
Memang, setelah kejadian itu sifat Indri mulai berubah. Indri mulai sering
menghilang entah kemana.
Kemudian Dinda menyiapkan sebuah rencana
agar Satrio tahu apa yang sebenarnya sedang terjadi dengan Indri. Saat
jalan-jalan di sebuah mall, Dinda melihat Indri sedang bermesraan dengan lelaki
lain, lelaki itu sama dengan yang sebelumnya Dinda lihat. Sebelumnya Satrio
masih belum percaya dengan Dinda, tetapi setelah Dinda meyakinkan Satrio,
akhirnya ia mau datang ke mall untuk melihat apa yang sebenarnya terjadi.
Sesampainya di mall. Ternyata apa yang
dikatakan Dinda itu benar, Satrio melihat dengan mata kepalanya sendiri kalau
Indri sedang selingkuh dengan lelaki lain. Satrio langsung saja menghampiri
Indri yang membuat keramaian di tengah mall.
“woy !! ternyata Lo itu gak sekedar
cewek penghianat !! banyak cewek kayak Lo di pasar !! oke. Mulai sekarang kita
PUTUS !!”
“okey... kita putus !!. aku juga gak
sayang kamu lagi. Harta kamu mulai tipis. Percuma buat aku”
Ternyata Indri sama saja dengan peempuan
lain yang pernah singgah di hati Satrio. Hanya memanfaatkan harta saja. Bukan
tulus dari hati.
Setelah beberapa bulan, akhirnya Satrio
tersadar bahwa ada malaikat yang selalu menemaninya setiap waktu. Dinda. Dia
juga yang telah membantu semua masalahnya. Dinda selalu ada untuk Satrio, dalam
suka maupun duka.
Malam itu Satrio mengajak Dinda keluar
menikmati kota. Mereka berhenti disuatu tempat yang indah. Sepi. Pemandangan
indah terlihat dari jauh. Mereka kemudian duduk disebuah kursi panjang yang
telah tersedia. Malam itu hujan turun, untungnya tempat mereka terlindung oleh
hujan yang lebat. Inilah saat yang tepat untuk mengatakan yang sebenarnya...
“Din....”
“iya, apa?”
“aku minta maaf selama ini udah nyakitin
kamu. Aku gak akan ngelakuin itu lagi kok”
“iya udah gakpapa, aku percaya kamu”
Dengan memegang kedua tangan Dinda,
Satrio berkata “Dinda, I Love You”
“I Love....You too Satrio...”
Dengan ditemani rintik hujan. Secara
tidak sadar bibir mereka bertemu. Berkecupan. Empat detik kecupan dibibir yang
sangat berarti. Empat detik penuh keindahan. Empat detik jantung berdegup
dengan sangat kencang. Empat detik yang menghangatkan suasana. Empat detik
penuh cerita. (adegan yang satu ini kayak di RDJ – sekedar komentar
XD)
Kini mereka saling mencintai. Setelah
melewati bermacam-macam cobaan. Mereka telah berkorban demi cinta. Cinta yang
membuat bahagia. Cinta yang membuat luka. Inilah akhir
cerita cinta mereka berdua. Dua manusia yang disatukan Tuhan karena cinta.
Jadi Cerita diatas adalah karangan temen saya, Andre xD